Sejarah Balikpapan
Sejarah Kota Balikpapan tidak bisa
dipisahkan dengan Minyak yaitu lebih tepatnya dengan sumur minyak
Mathilda, sumur pengeboran perdana pada tanggal 10 Februari 1897 di kaki
gunung Komendur di sisi timur Teluk Balikpapan. Penamaan sumur minyak
Mathilda sendiri berasal dari nama anak JH Menten dari JH Menten dan
Firma Samuel & Co sebagai pemenang hak konsesi pengeboran di yang
ditunjuk pemerintah Hindia Belanda yang telah mengontrak Balikpapan dari
Kesultanan Kutai.
Di awal tahun 1900-an bertambahnya
jumlah penemuan dan pengeboran minyak di Balikpapan telah membawa
pendatang dalam jumlah besar ke Balikpapan. Pendatang ini kebanyakan
adalah orang Cina dan para pekerja pengeboran yang rata-rata berasal
dari jawa dan berbagai daerah lainnya seperti India. Pekerja dari Cina
dan India inilah yang menjadi cikal bakal penghuni desa di Tukung
(Klandasan) dan Jumpi (Kampung Baru) yang merupakan asal usul sebagian
besar warga Balikpapan. Selain itu keberadaan minyak, yaitu minyak tanah
atau "lantung", juga mengundang semakin besarnya jumlah pedagang yang
datang dari daerah Kerajaan Banjar di Banjarmasin dan Bone di Sulawesi
Selatan untuk berdagang dan singgah di Balikpapan.
Seiring dengan berkembangnya waktu
Balikpapan telah berkembang menjadi "Kota Minyak" dengan besarnya
produksi minyak yang dihasilkan yang mencapai 86 juta barrel per tahun.
Perkembangan industri minyak inilah yang telah membangun Balikpapan
menjadi kota industri dan selanjutnya menjadikan Balikpapan sebagai Kota
Jasa dengan bandar udara Internasional, pelabuhan dan jumlah hotel yang
dapat mendukung keberadaan Balikpapan sebagai dua kota tersebut.
Saat ini Balikpapan tidak lagi menjadi
Kota Minyak yang berorientasi pada pengeboran melainkan pada jasa
pengolahan minyak yang telah mengolah minyak mentah dari sekitar
Balikpapan, yaitu Sepinggan, Handil, Bekapai, Sanga-sanga, Tarakan,
Bunyu dan Tanjung serta minyak mentah yang diimpor dari negara lain.
Besarnya jumlah pendatang di Kota
Balikpapan telah membawa keberagaman etnis dengan berbagai adat istiadat
dan agama. Namun demikian hal ini tidak menjadi kendala dalam
akulturasi budaya dan terwujudnya keharmonisan di masyarakatnya secara
turun menurun.
Keharmonisan masyarakat Balikpapan
terekat dalam bahasa sehari-hari yang digunakan, yaitu Bahasa Indonesia.
Keberagaman yang ada di dalam masyarakat Balikpapan bahkan mendukung
adanya nilai-nilai kebersamaan yang mampu menjadikan Kota Balikpapan
sebagai Kota Bersih, Indah, Aman dan Nyaman yang tercermin dengan telah
seringnya Kota Balikpapan meraih Piala Adipura.
Budaya bersih dan
wawasan lingkungan telah menjadi bagian dan ciri dari masyarakat
Balikpapan yang terakomodir secara profesional dalam program Pemerintah
Kota Balikpapan, yakni : CLEAN, GREEN and HEALTHY.
Asal-usul Nama Balikpapan
Nama Balikpapan kurang jelas kapan
berasal dan apa makna nama itu. Menilik susunan katanya dapat dimasukkan
ke dalam asal kata bahasa Melayu. Menurut buku karya F. Valenijn pada
tahun 1724, menyebut suatu daerah di hulu sebuah sungai di sebuah Teluk
sekitar tiga mil dari pantai, desa itu bernama BILIPAPAN. Lepas dari
persoalan ucapan maupun pendengaran, jelas bahwa nama tersebut dikaitkan
dengan sebuah komunitas pedesaan di teluk yang sekarang dikenal dengan
nama Teluk Balikpapan.
Terdapat beberapa versi terkait dengan asal-usul nama Balikpapan :
-
Versi Pertama ( Sumber : Buku 90 Tahun Kota Balikpapan yang mengutip buku karya F. Valenijn tahun 1724 )
Menurut legenda asal nama Balikpapan adalah karena sebuah kejadian
yang terjadi pada tahun 1739, sewaktu dibawah Pemerintahan Sultan
Muhammad Idris dari Kerajaan Kutai, yang memerintahkan kepada
pemukim-pemukim di sepanjang Teluk Balikpapan untuk menyumbang bahan
bangunan guna pembangunan istana baru di Kutai lama. Sumbangan tersebut
ditentukan berupa penyerahan sebanyak 1000 lembar papan yang diikat
menjadi sebuah rakit yang dibawa ke Kutai Lama melalui sepanjang
pantai. Setibanya di Kutai lama, ternyata ada 10 keping papan yang
kurang (terlepas selama dalam perjalanan) dan hasil dari pencarian
menemukan bahwa 10 keping papan tersebut terhanyut dan timbul disuatu
tempat yang sekarang bernama "Jenebora". Dari peristiwa inilah nama
Balikpapan itu diberikan (dalam istilah bahasa Kutai "Baliklah - papan
itu" atau papan yang kembali yang tidak mau ikut disumbangkan).
-
Versi Kedua ( Sumber : Legenda rakyat yang dimuat dalam buku 90 Tahun Kota Balikpapan )
Menurut legenda dari orang-orang suku Pasir Balik atau lazim disebut
Suku Pasir Kuleng, maka secara turun menurun telah dihikayatkan tentang
asal mula nama "Negeri Balikpapan". Orang-orang suku Pasir Balik yang
bermukim di sepanjang pantai teluk Balikpapan adalah berasal dari
keturunan kakek dan nenek yang bernama " KAYUN KULENG dan PAPAN AYUN ".
Oleh keturunannya kampung nelayan yang terletak di Teluk Balikpapan itu
diberi nama "KULENG - PAPAN" atau artinya "BALIK - PAPAN" (Dalam bahasa
Pasir, Kuleng artinya Balik dan Papan artinya Papan) dan diperkirakan
nama negeri Balikpapan itu adalah sekitar tahun 1527.
Hari Jadi Kota Balikpapan
Hari jadi Kota Balikpapan ditentukan
pada tanggal 10 Februari 1897. Penetapan tanggal ini merupakan tanggal
peristiwa pengeboran pertama sumur minyak di Balikpapan dan merupakan
hasil seminar sejarah Kota Balikpapan tanggal 1 Desember 1984.
Walikota Balikpapan
- H.A.R.S.MUHAMMAD ( 1960 - 1963 )
- MAYOR TNI. AD BAMBANG SOETIKNO ( 1963 - 1965 )
- TNI.AD IMAT SAILI ( 1965 - 1967 )
- MAYOR POL.ZAINAL ARIFIN ( 1967 - 1973 )
- LETKOL.POL.H.M.ASNAWI ARBAIN ( 1974 - 1981 )
- KOL.CZI.TNI.AD.SYARIFUDIN YOES ( 1981 - 1989 )
- H. HERMAIN OKOL (Sebagai Plt.Walikota) ( 1989 - 1991 )
- KOL.INF.H.TJUTJUP SUPARNA ( 1991 - Juni 2001)
- H. IMDAAD HAMID ( Juni 2001 - 2011 )
- H. M. RIZAL EFFENDI (2011 - s.d. sekarang )